PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
JUDUL
UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MEMBANDINGKAN BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
GAMBAR PADA SISWA KELAS II SDN
KALITIMBANG I KOTA CILEGON
LATAR BELAKANG
Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam
bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu
mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar
dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri
pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah
ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan siswa dengan cara
menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada terkadang terlupakan oleh seorang
guru, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih
siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya
pendidikan. Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak mendukung, di sekolah
merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir dengan
pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti halnya siswa SDN
Kalitimbang I kecamatan Cibeber kota Cilegon. Anak-anak usia sekolah di
Kalitimbang banyak yang putus sekolah. Mereka putus sekolah mungkin disebabkan
oleh faktor ekonomi, lingkungan, atau mungkin saja akibat strategi pembelajaran
di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat siswa merasa gembira datang ke
kelas. Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat penting dalam
pendidikan.
Menurut sebagian besar guru, pelajaran matematika adalah pelajaran yang
sulit bagi anak. Hal ini ditujukan dari hasil belajar siswa yang masih rendah,
pemahaman awal siswa sangat menetukan keberhasilan siswa oleh karena itu
kondisi tersebur benar benar harus dipahami oleh seorang guru untuk membentu
sikap dan siap belajr bagi siswa.
Salah satu tanda bahwa siswa mendapatkan ilmu pengetahuan yaitu siswa dapat
memahami pelajran yang disampaikan guru, pamahaman merupakan faktor penting
dalam proses belajar mengajar karena dengan paham siswa dapat tahu apa yang
dipelajari dan dapat menyelasaikan permasalahan yang diberikan oleh guru dealam
hal ini pemahaman konsep membandingkan bilangan.
Nilai ulangan harian matematika peserta didik kelas 2 di SDN Kalitimbang I
menunjukan rendahnya tingkat penguasaan materi pada soal membandingkan
bilangan.
Berdasarkan prasiklus dari 30 peserta didik kelas II SDN Kalitimbang hanya
11 (sebelas) orang yang dapat mencapai tingkat penguasaan materi sebesar 38%.
Nilai tertinggi yang telah didapat oleh peserta didik yaitu 90 sebanyak 2 orang
70 sebanyak 3 orang, nilai 60 sebanyak 6 orang, 62% lagi belum tercapainya
KKM dalam mata pelajaran matematika yaitu nilai 50 sebanyak 10 orang, niali 40
sebanyak 5 ora, ng, 30 sebanyak 2 orang, nilai 20 sebanyak 2 orang
Berdasarkan latar belakang peserta didik di atas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Upaya meningkatkan
pemahaman konsep membandingkan bilangan pada siswa SDN Kalitimbang I Kecamatan
Cibeber kota Cilegon”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Anak didik
kurang mampu saat guru menjelaskan
2. Siswa kurang
paham tentang membandingkan bilangan
3. Siswa tidak
mampu membandingkan bilangan lebih kecil lebih besar
4. Siswa kurang
memiliki minat dalam belajar.
C. RUMUSAN MASALAH
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat
berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
·
Apakah
dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan pembelajaran matematika pada
peserta didik kelas II SDN Kalitimbang I Kota Cilegon?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah :
E. MANFAAT PENELITIAN
· Mengetahui faktor penyebab peserta didik kurang
aktif dalam belajar
· Menganalisis media yang tepat suspaya peserta
didik dapat terlibat langsung dalam pembelajaran.
· Meningkatkan pengusaan dan pemahaman materi
matematika khususnya pada topik
membandingkan bilangan
Setelah
penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.
·
Bagi kepala
sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong guru dalam menciptakan metode
yang tepat untuk menentukan keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
·
Bagi guru,
sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan dikerjakan dalam
pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah dalam mengelola situasi
dan kondisi kelas.
·
Bagi siswa,
dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar, dapat memanfaatkan
waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan soal yang tak terbatas dalam
waktu yang relatif singkat.
F. KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan
tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku
tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap
dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang –undang No. 20
tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah
proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan
belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.
B. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI
Standar kompetensi mata pelajaran Matematika untuk SD
dan MI berdasarkan kurikulum 2004, adalah sebagai berikut :
Kemampuan Matematika yang dipilih dalam standar kompetensi ini dirancang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan
pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut
dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan,
tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan terpakainya dalam
kehidupan sehari-hari secara rinci, standar kompetensi tersebut, adalah sebagai
berikut :
a. Bilangan
·
Menggunakan
bilangan dalam pemecahan masalah.
·
Menggunakan
operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
·
Menggunakan
konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah.
·
Menentukan
sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta
menggunakannnya dalam pemecahan masalah.
·
Melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan pemecahan, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
b. Pengukuran dan Geometri
·
Melakukan
pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah sehari-hari.
·
Melakukan
pengukuran, menemukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
·
Melakukan
pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
·
Melakukan
pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang, menentukan kesimetrian
bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
·
Mengenal
sistem koordinat pada bidang datar.
c. Pengolahan Data
Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.
C.
Pengertian Belajar Matematika
Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar
berlangsung dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu
fase ke fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.
Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan
belajar matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep
tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.
Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti mempelajari
fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.
Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah belajar tentang
bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam
aljabar, aritmatika, dan geometri.
Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun
secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih
tinggi.
D. Media
Pembelajaran
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan
berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang
untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk
menghindari dan mengantisipasi kejenuhan
itu, maka perlu adanya pembentukan konsep penting yang harus dilaksanakan
dalam praktik pembelajaran. Salah
satu di antaranya adalah penggunaan media pembelajaran.
Menurut Heinich dkk (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media
berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah ‘perantara’ yaitu perantara sumber
pesan dengan penerima pesan. Heinich mencontohkan media ini seperti film, telivi
tersebut,diagram,bahan bercetak,komputer, dan struktur pesan-pesan dalam rangka
mencapai tujuan.
Media gambar
“Gambar” dapat kita temukan dimanapun kita berada dipinggir jalan, di
pasar, di stasiun, dalam majalah dalam buku pelajaran dan lain lain. Gambar pun
banyak dipergunkan di kelas karena mudah membuat atau mendapatkannya dan murah
biayanya pembuatannya
Dalam hal ini peniliti mengunakan gambar yang sering dilihat dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya pensil, buku,permenn dan lain – lain. Siswa
diminta menghitung jumlah gambar yang
telah dikolompokan kemudian siswa di minta membandingkan jumlah gambar tersebut
dengan lebih banyak atau lebih sedikit. Siswa tidak hanya mambayangkan apa yang
dijelaskan guru tetapi mereka dapat melihat langsung objeknya melalui gambar
hal ini akan menghindarkan kesalahan
persepsi pada murid.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar
siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar.
Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku yang relatif permanen
dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De Cecco (dalam Witjaksono,
1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono, 1985:6) belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam disposisi atau kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu
tertentu, dan bukan semata-mata sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada
juga diutarakan oleh Susanto (1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar
dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami
sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada
lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan
ketrampilan.
Selaras dengan
pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih, 2005:75) menekankan perhatiaannya
pada apa yang mesti dikuasai oleh individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya
dirangkum kedalam tiga kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut:
- Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan
(mengingat, menghafal)
b. Pemahaman
(mengintepretasikan)
c. Aplikasi
(menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
d. Analisis
(menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
f. Evaluasi
(membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)
- Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Peniruan
(menirukan gerak)
b. Penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan
(melakukan gerak dengan benar)
d. Naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar)
- Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Pengenalan
(ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif
berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian
(menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidupnya)
Hasil belajar
yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004 meliputi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai
siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses
belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai
oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memilki
pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari
pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil
belajar yang telah dinilai oleh guru
diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah
dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil
belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya
dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian
target kurikulum.
Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives (Winkel,
1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:
1.
Ranah
Kognitif
Ranah kognitif (berkaitan dengan
daya piker, pengetahuan, dan penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam
berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai
memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi
belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analsisi, sintesis, dan eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah
pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Pengetahuan
mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang telah dipejari, dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, kaidah,
prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan,
digali pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Pemahaman
mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya
menyerap suatu materi, kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya
dengan kata-kata sendiri.
Penerapan
mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam
kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru dalam kehidupan
sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat diukur dari kemampuan menggunakan
konsep, prinsip, teori, dan metode untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Ranah
Psikomotor
Ranah
psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau
ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simpson (dalam Winkel, 1996:278)
menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan
menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1994:195-196)
ranah psikomotor mempunyai taksonomi berikut ini:
a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan
kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan
ketepatan tubuh yang mencolok.
b. Ketepatan
gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan gerakan
mata, telinga, dan badan .
c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan
kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata
d. Kemampuan
berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan
Untuk kemampuan berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya memilih
dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi, ide, atau yang
dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah oleh pendengarnya.
3.
Ranah Afektif
Ranah afektif
(berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang
yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada
kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi
melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri
lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang
wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif terdiri
dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru menilai kemampuan kognitif
siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan
siklus 1 dan 2.
G. METODE PENELITIAN
a. Rencana Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN
Kalitimbang I, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Nopember sampai Januari 2012 semester genap.
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas II Kalitimbang pada mata pelajaran matematika materi
membandingkan bilangan
4. Lama
Tindakan
Waktu untuk
melaksanakan tindakan pada bulan Nopember, mulai dari siklus I, Siklus II dan
Siklus III.
- Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal,
tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan
harian.
2. Tindakan (
Action )/ Kegiatan, mencakup
a.
Siklus I,
meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
b.
Siklus II (
sama dengan I )
c.
Siklus III (
sama dengan I dan II )
3.
Refleksi, dimana
perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan
kesimpulan atau hasil dari penelitian.
H. JADWAL PENELITIAN
No
|
KEGIATAN
|
MINGGU KE……..
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Proses pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pelaporan Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
I. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik,
Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce
dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching
Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah.
1999. Analisis Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press.
Nur, Moh.
2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar.
Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Suryosubroto,
B. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer.
2000. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.